Ingin menikah..?
Ya, tentu setiap orang ingin sekali bisa hidup bersama dengan seseorang yang dicintai dalam ikatan pernikahan. Tetapi sebelum itu, ijab kabul harus diikrarkan. Untuk bisa menuju pengikraran janji sakral itu, persiapan-persiapan harus dilakukan. Dalam mempersiapkan hal yang dibutuhkan, tanpa disadari muncul perasaan resah. Akhir-akhir ini ada beberapa keresahan yang terlintas dalam pikiran saya. Resah mendominasi perasaan saya dikarenakan ada kekhawatiran untuk menghadapi perubahan dalam hidup.
Pertanyaan seperti apakah dia memang jodoh saya, apakah saya bisa tetap mengejar pekerjaan impian saya, apakah keluarga kami bisa saling menyayangi satu sama lain, apakah kehidupan kami dan anak-anak kami kelak bisa lebih baik, apakah dia memiliki hati yang besar untuk menerima segala kekurangan saya, dan bisakah kami tetap setia dan saling menyayangi hingga tugas kami di dunia ini selesai.
Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan saya itu sekarang, hanya jika kami tetap yakin dan fokus menjalaninya, kelak saya mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas. Mungkin beberapa puluh tahun mendatang, saya akan kembali menulis dalam blog ini untuk menceritakan betapa bahagianya keluarga kami - mungkin saya menulis blog itu ditemani calon suami saya itu di ruang keluarga kami. Atau bahkan sebaliknya, tidak ada yang tahu pasti..
Menurut ahli psikologi, A. Kasandra Putranto, masalah ini termasuk dalam situasi Pre-material Jitter.
Keresahan-keresahan itu hal yang wajar tapi sangat mengganggu kesehatan. Ini
merupakan salah satu gangguan psikologi sebelum pernikahan.
Bagaimana cara meminimisasi masalah ini? Saya rasa para calon pengantin harus kuat
mental dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi, memperkuat kembali
komitmen yang telah dibina dan menjalin komunikasi yang baik antara pasangan.
Menjawab sementara keresahan itu, yang bisa saya lakukan adalah percaya.
Percaya bahwa dia adalah "the right man" for me.. The one and the only one...
Percaya bahwa dia akan menjadi suami yang penuh kasih sayang, pengertian, memiliki hati yang lapang, dan bertanggung jawab.
Percaya bahwa dia akan menjadi seorang ayah yang bijaksana, mengayomi dan menjadi teladan bagi anak-anak kami.
Insyaallah dia akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, yang dapat membimbing saya dan anak-anak kami di dunia dan di akhirat.
Bismillahirrohmanirrohim...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar