Senin, 24 Januari 2022

Menjadi Generasi Sandwich Yang Lebih Baik

Bagaimana sebenarnya generasi sandwich ini bisa terjadi? Tentu saja hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari kurangnya rencana pengelolaan keuangan yang matang sejak dini, akibatnya ketika sudah memasuki usia pensiun, dana yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan ekonominya, sehingga membebani generasi yang lebih muda. Generasi yang menanggung kebutuhan ekonomi banyak pihak ini dikenal dengan istilah sandwich generation.

Masalah finansial tentunya merupakan salah satu masalah yang penting dalam kehidupan. Memang uang bukan segalanya, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidup, kita tetap memerlukan dana yang cukup. Belum lagi jika kamu ternyata masuk dalam sandwich generation yang harus menanggung biaya hidup keluarga. Lantas bagaimana cara memutus rantai jebakan tersebut? 

Mengingat kamu sudah merasakan besarnya tantangan menjadi seorang sandwich generation, tentu kamu tidak ingin hal yang sama dirasakan oleh anak-anakmu kan? Untuk itukamu butuh melakukan sejumlah perubahan. Langkah pertama bisa dimulai dari kamu. Selanjutnya, siapkan langkah-langkah agar anak tak jadi pewaris rantai sandwich generation.

Berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center untuk Astra Life tahun
2021 yang melibatkan 1.828 responden berusia 25-45 tahun di seluruh Indonesia, hampir 50% masuk dalam kategori generasi sandwich. Namun faktanya, hanya 13,4% dari generasi sandwich tersebut yang memiliki kesiapan finansial dalam memenuhi kebutuhan pokok, menabung, dan berinvestasi di waktu yang bersamaan. 

Sejumlah riset menunjukkan bahwa produktivitas dan pendapatan seseorang umumnya mencapai titik tertinggi pada rentang usia 30-50 tahun. Kemudian, produktivitas dan pendapatan akan menurun atau negatif setelah usia pensiun sekitar 55 tahun ke atas.

Hasil Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari-September menunjukkan bahwa komposisi kelompok usia produktif lebih kecil dibandingkan dengan kelompok usia non-produktif. Berdasarkan sensus tersebut, usia kelompok produktif tercatat 47,75% yang didominasi oleh generasi X (usia 40-55 tahun) dan milenial (usia 24-39 tahun). Sementara itu, usia kelompok non-produktif tercatat 52,25% yakni terdiri dari anak-anak dan orang tua. Ini menunjukkan bahwa usia kelompok produktif harus menopang 4 generasi lain yang sudah tidak dan belum produktif.

Secara umum, faktor penyebab munculnya sandwich generation adalah kegagalan orang tua dalam mengelola finansialnya. Hal ini sangat bisa dimengerti, karena edukasi terkait pengelolaan dan perencanaan finansial bagi orang tua kita tentu tak segencar dan semudah sekarang.

Lalu bagaimana cara memutus rantai jebakan tersebut, agar anak juga tak jadi pewaris sandwich generation? Langkah awal yang bisa dilakukan, adalah mulai perubahan dari diri kamu sendiri. Coba lakukan 4 hal ini:

1. Catat Pengelolaan Keuangan Saat Ini

Catat secara rinci berapa pemasukan dan pengeluaran yang kamu miliki setiap bulannya. Catat juga tanggungan bulanan terhadap orang lain yang kamu miliki. Ini penting untuk bisa memetakan masalah keuanganmu dan mencari solusinya.

2. Buat Rencana Keuangan

Setelah itu kamu bisa mulai membuat rencana keuangan. Apakah masih ada yang bisa dihemat? Jika sudah minus, bagaimana cara menambah penghasilan? Berapa besar dana yang diperlukan untuk membuat arus kas bulananmu positif? Cobalah membuat rencana keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang, serta menentukan pos-pos pengeluaran secara rinci.

3. Berbagi Beban

Memenuhi kebutuhan hidupmu, pasangan, dan anak-anak saja bukan hal yang mudah. Apalagi jika ditambah menanggung beban keuangan orang tuamu dan keluarga lainnya. Jika kamu memiliki saudara, cobalah komunikasikan masalah ini dengan mereka. Apakah bisa berbagi beban bersama mereka untuk menanggungnya? Apa yang bisa dilakukan bersama untuk mengatasi masalah ini?

4. Tunda Utang

Cobalah untuk tunda mengajukan pinjaman untuk hal-hal yang konsumtif, karena masalah bisa bertambah dengan adanya potensi lilitan utang, apalagi jika jumlahnya besar dan jangka panjang. Ini bisa menjadi beban atau ‘warisan’ bagi generasi selanjutnya. Namun, beda hal jika kamu ingin mengajukan utang produktif untuk mengembangkan usaha lain demi menambah pemasukan.


Persiapkan Keuangan Masa Depan

Jika semua kebutuhan primer kamu dan keluarga yang menjadi tanggungan sudah terpenuhi, langkah selanjutnya adalah menyisihkan dana untuk kebutuhanmu di hari tua. Hal ini menjadi poin penting agar anak kita tidak jadi pewaris sandwich generation. Ingatlah bahwa anak-anak tentu akan memiliki kepentingannya sendiri di masa depan, sama sepertimu saat ini. Jadi, mari kita siapkan kebutuhan finansial masa tuamu sedini mungkin. Caranya? Coba lakukan 5 langkah berikut:

1. Sisihkan Dana untuk Tabungan dan Dana Darurat

Kamu bisa mulai mengalokasikan sebagian dana untuk menabung dan dana darurat. Kamu perlu mengalokasikan minimal 3-6 kali pengeluaran bulananmu sebagai dana darurat. Ini penting dipenuhi sebelum melakukan investasi agar jika ada situasi darurat maka kamu mengambilnya dari pos ini. Tidak lagi mengotak-atik anggaran investasimu.

2. Miliki Asuransi

Jika tabungan dan dana darurat terpenuhi, langkah selanjutnya adalah memberikan proteksi bagi diri dan keluarga. Siapkan perlindungan jiwa dan kesehatan dengan asuransi. Hal ini penting karena hidup tentu akan dibayangi oleh segala macam risiko yang tak terduga. Jika kamu dan keluarga sudah memiliki asuransi, kalaupun suatu saat terjadi hal-hal yang tak diinginkan setidaknya kamu sudah memiliki tambahan perlindungan.

3. Mulai Berinvestasi

Selanjutnya adalah investasi. Sisihkanlah sebagian danamu untuk berinvestasi sebagai penunjang keuangan di masa depan. Saat ini berinvestasi bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja karena sudah banyak yang menawarkan fasilitas online. Kamu juga bisa memulai dengan dana yang tak terlalu besar, misalnya dari Rp100.000. Namun, kamu perlu paham dulu instrumen investasi yang kamu pilih, sesuaikan juga dengan profil risikomu, dan carilah institusi yang terpercaya. Yang namanya investasi juga tak terlepas dari risiko, tetapi jangan sampai kamu terjebak dengan investasi bodong yang justru akan membuatmu lebih sengsara.

4. Buat Dana Pensiun

Untuk memutus rantai jebakan sandwich generation, maka kamu juga perlu menyiapkan dana pensiun. Untuk menghitung anggaran dana pensiun, kamu perlu menghitung terlebih dulu selisih usia harapan hidup dengan waktu mulai pensiun. Jangan lupa juga ditambah dengan nilai inflasi. Hal ini untuk memperkirakan dana yang kamu butuhkan saat sudah pensiun nanti. Ini perlu dilakukan agar kamu tak lagi membebani anak-anakmu saat memasuki hari tua.

Misalnya, kamu saat ini berusia 30 tahun dan berencana pensiun saat 60 tahun. Lalu kamu memperkirakan harapan hidupmu hingga 80 tahun. Maka kira-kira kamu masih akan menjalani hidup sekitar 20 tahun setelah pensiun. Dengan asumsi inflasi 3%, maka total dana pensiun yang kamu butuhkan adalah 20xRp10.000.000+3% = Rp4.334.666.960.

Setelah mengetahui dana pensiun yang dibutuhkan kamu bisa hitung lagi berapa dana yang perlu disisihkan per bulan untuk mencapai nilai tersebut.

5. Ajarkan Anak Menabung Sejak Dini

Hal lain yang tak kalah penting untuk dilakukan agar anak tak jadi pewaris rantai sandwich generation adalah mengajarkan anak-anak untuk menabung sejak dini. Hal ini penting sebagai bekal mereka untuk mengatur keuangan di masa depan. Dengan biasa menyisihkan dana untuk mencapai tujuan tertentu, diharapkan mereka bisa memiliki pengelolaan keuangan yang lebih baik saat tumbuh dewasa.

Menjadi sandwich generation memang berat, tetapi bukan hal yang harus ditakuti. Fokuslah mencari jalan keluar atas tantangan tersebut dan jangan pernah menyerah. Kamu tak bisa mengharapkan perubahan dari orang lain, melainkan mulai dari dirimu sendiri. Dengan memulai perubahan, tentu kita berharap agar anak-anak tak lagi ikut merasakan apa yang kita rasakan saat ini. Jangan lupa juga untuk terus menjaga kesehatan diri dan keluarga karena itu menjadi aset paling penting agar kamu bisa terus beraktivitas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar